Kunjungan Lapangan Mapel Sosiologi


Mailina Trifia (Sumber: fb Mailina Trifia)




Teman-teman kalian ingin melihat patung buddha tidur tidak? Kalau ingin melihat nggak usah jauh-jauh ke Thailand. Di Indonesia juga ada lho… , dan tidak jauh berbeda dengan patung budha yang ada di Thailand. Tempatnya juga tidak jauh kok, tepatnya di desa Sendangcoyo , kecamatan Lasem, kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Disana terdapat sebuah vihara,tempatnya juga sejuk karena diatas bukit tempatnya, Nama Viharanya adalah Vihara Ratanavana Arama.

Pada tanggal 18 Januari 2017 kami kunjungan ketempat suci umat budha, kami berangkat 1 Kelas dan semuanya ikut, yang mana siswa satu kelas adalah 34 Siswa, 12 Siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Ditambah Wali kelas kami dan guru mapel kami. Kami akan menceritakan perjalanaan kami.


PUKUL 08.40
                Disekolahan 1 kelas menunggu guru mapel kami yaitu instruktur kunjungan lapangan ke Vihara Ratanarama Arama yang ada didesa Sendang Coyo, dengan perasaan yang gembira dan senang, karena baru kali ini guru kami mengajak kunjungan, kami menunggu guru kami. Teman-teman saya banyak yang menunggu diluar kelas karena saking senangnya.

PUKUL 08.55
                Kami berangkat mrnggunakan dua bus, saya dan kelompok saya naik kebus nomer. Disana juga ada pak Suhadi,beliau adalah guru mapel sosiologi kami. Pak Suhadi berpesan pada kami untuk memasukan kas yang rencananya diberikan ke Vihara.

PUKUL 09.10
                Kami melaksanakan perjalanan. Dan sampai di suatu desa dibawah kaki gunung,desa itu bernama Warugunung, disalah satu rumah di desa tersebut kami melihat seekor ular pyton yang dipelihara salah satu warga. Teman-teman kami heboh melihatnya,dan kamipun melanjutkan perjalanan.

Rute Perjalanan

                Titik kumpul di SMA N 1 PAMOTAN lalu ke arah barat menuju Lasem,tapi sebelum sampai Lasem kita belok kanan yaitu arah desa Warugunung kami melewati sebuah makam yang katanya makam orang cina dulu, setelah melewati makam tersebut sampailah di sebuah SD yang ada di desa Warugunung tepatnya di kiri jalan kemudian kami belok kea rah kanan lalu jalan terus…….. sesampainya di sebuah sawah-sawah kami belok kanan lagi dan jalan terus………. Tak lama kemudian jalannya menanjak kara lokasinya berada di atas bukit jadi maklumlah……..di ssepanjang jalan banyak pohon-pohon dan sebelaah kanan ada sebuah jurang yang tidak terlalu dalam, dengan perasaan tegang kami melewati jalan itu tak lama kemudian kami masuk gapura yaitu sebuah desa sendangcoyo yang kanan kirinya sudah dipenuhi dengan perumahan.

PUKUL 09.20
                Kami sampai didepan vihara Ratanavana Arama, memang sih dari depan gerbang terlihat biasa saja…
…. Saat pertama sampai kami bertemu dengan seorang kakek yang sepertinya menjadi tukang kebun diVihara tersebut, karena beliau membawa sebuah sapu yang dipegangnya, tapi anehnya waktu ditanya guru kami kakek tua itu tidak ngomong apa-apa seperti tidak faham dengan omongan kami yang membuat kami menjadi bingung, guru kamipun ikut bingung ….
Tak lama kami dibukakak gerbang oleh kakek tua itu,kamipun naik dengan intruksi kakek itu dengan mempersilahkan masuk menggunakan tangan tanpa berkata apapun. Sesampainya di atas kami menunggu pak Anwar dan pak Suhadi yang izin pada penjaga vihara atau penghuni Vihara terlebih dahulu, tak lama kemudian kami dipandu oleh kakak yang bernama Dedy Pradana,yang biasa disapa mas Dedy  dan kami mendapatkan pengarahan dari kakak tersebut. Isinya yaitu :
                “apabila ditempat ini harus berhati-hati dan jangan berkata kotor, dan satu lagi harus menjaga prilaku karena diyakini bahwa diwihara ini ada penjaga atau penunggunya dan ada yang mengawasi yang  tak dapat dilihat dengan mata telanjang karena sudah terbukti dulu ada sekelompok murid yang berkujung  kesini, Dia berkata yang tidak-tidak…. akhirnya perkataanya itu kembali pada dirinya sendiri…..maka dari itu kalian harus berhati-hati.”

PUKUL 09.30
                Kami dikenalkan tempat suci yang ada disana …. Berhubung ada beberapa tempat yang tidak boleh memakai alas kaki kami sepakat untuk melepas sepatu kami. Setelah itu kami meneruskan perjalanan dan kami diajak ka beberapa situs­­-situs yang ada di vihara… yang pertama setelah menaiki beberapa anak tangga kami berjumpa patung ini.

Vihara Ratanavana Arama didirikan oleh Bhante Sudhammo di lahan seluas 6 hektar, di Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Dari jalan raya utama (Jalur Pantura), di Kota Lasem, kita harus masuk sejauh 4 km untuk menuju vihara ini. Awalnya luas lahan vihara hanya 1 hektar. Namun, berkat uluran tangan para donatur, lahan vihara bertambah luas menjadi 6 hektar. Dipilihnya Lasem sebagai tempat dibangunnya vihara tak lain karena Lasem merupakan salah satu titik perkembangan Agama Budha di Indonesia sejak zaman Majapahit. Di Desa Ngasinan, Warugunung, tak jauh dari Sendangcoyo, terdapat makam Brotoçanti, salah satu keturunan Putri Campa. Konon, Patih Gajah Mada pernah bersemedi di tempat itu. Vihara Ratanavana Arama sangat menarik dan berbeda dengan vihara-vihara lainnya di Indonesia karena di vihara ini terdapat rangkaian Patung Sang Budha (Sidhartha Gautama), mulai dari saat kelahiran sampai menjadi Budha hingga wafat, yang terbagi menjadi lima situs patung. Untuk melihat berbagai bentuk Patung Sidharta Gautama, dari halaman utama vihara, kita harus mendaki sejumlah anak tangga karena patung-patung tersebut dibangun di atas tanah yang konturnya miring. Sebelum melihat Patung Sang Budha, jangan lupa untuk lapor dan mengisi buku tamu di sekretariat. Kita tidak perlu bayar untuk mengunjungi Vihara Ratanavana Arama, tetapi pengelola vihara akan menerima dengan senang hati bila kita memberikan donasi seikhlasnya.

Situs Pertama Setelah mendaki beberapa anak tangga, kita akan sampai di situs pertama. Di situs ini terdapat taman yang asri, di mana terdapat Patung Sidharta Gautama lahir, Dewi Mahamaya (Ibunda Sidharta Gautama), gajah putih, ular naga raksasa sepanjang 25 meter dan tujuh bunga teratai. Semua patung tersebut berwarna emas.

Situs Kedua Sedikit naik dari situs pertama, kita akan tiba di situs kedua. Di situs ini terdapat Patung Sidharta Gautama setinggi tiga meter sedang duduk bersemedi di bawah pohon beringin
 Badannya terlihat kurus kering (tulang rusuknya terlihat menonjol) dengan kedua tangannya diletakkan di depan perut. Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama yang bersemedi selama tujuh  tahun di Hutan Uruvela, India.

 Situs ketiga Selanjutnya di situs ketiga, terdapat Patung Sidharta Gautama berdiri di atas bunga teratai dengan tangan kanan diangkat setingga dada, dengan telapak tangan menghadap ke depan
Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama telah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup, yaitu : Sati (perhatian), Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi (ketenangan), Samadhi (pemusatan pikiran), dan Upekkha keseimbangan batin).
Di samping patung terdapat tembok yang bertuliskan beberapa ajaran utama Sidharta Gautama. Pahatan tulisan tersebut berbunyi  “Jalan utama berunsur delapan :
 (1) Pengertian benar,
 (2) Pikiran benar,
 (3) Ucapan benar,
 (4) Perbuatan benar,
 (5) Mata pencaharian benar,
 (6)Daya upaya benar,
 (7) Perhatian benar, dan
 (8) Konsentrasi benar.”

Situs Keempat Di situs berikutnya, terdapat Patung Sidharta Gautama duduk bersila di atas bunga teratai sedang menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya.

Sidharta Gautama telah menjadi Budha Gautama (sumber: penulis)

 Di situs ini juga terdapat patung seekor rusa. Situs ini menggambarkan Sidharta Gautama yang telah menjadi Budha Gautama. Untuk pertama kalinya, Sang Budha menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya di Taman Rusa Isipatana, India.

Situs Kelima Semakin ke atas, kita akan sampai di situs kelima, di mana terdapat Patung Budha Tidur. Patung sepanjang 14 meter tersebut berada di sebuah bangunan terbuka. Sang Budha tidur dengan posisi tidur miring ke kanan dan tangan kanannya dilipat di depan wajahnya.
Patung ini menggambarkan Sang Budha Gautama meninggal dunia dengan sempurna.
Patung Budha Tidur  (sumber: penulis)

Miniatur Candi Borobudur (Candi Sudhammo Mahathera) Selain kelima situs di atas, ada satu situs lainnya yang menjadi daya tarik Vihara Ratanavana Arama, yaitu Miniatur Candi Borobudur yang bernama Candi Sudhammo Mahathera.

Miniatur Candi Borobudur (Candi Sudhammo Mahathera) (sumber: penulis)
 Situs ini letaknya agak terpisah dari kompleks vihara dan rangkaian Patung Budha Gautama, kira-kira 200 meter di sebelah utara kompleks vihara. Miniatur Candi Borobudur ini dinamakan Candi Sudhammo Mahathera karena di dalam bangunan candi ini terdapat makam Bhante Sudhammo, sang pendiri vihara. Konon, semasa hidupnya Bhante Sudhamo pernah bercita-cita membangun Miniatur Candi Borobudur, maka setelah meninggal dunia beliau dimakamkan di dalam miniatur bangunan tersebut. Candi Sudhammo Mahathera dikelilingi pagar yang terbuat dari batu dengan relief berupa gambar Bhante Sudhammo. Di candi ini terdapat 49 buah stupa yang terdiri atas tiga lapis/susun, dengan perincian sebagai berikut : lapisan pertama (paling bawah) terdiri dari 24 stupa, lapisan kedua (tengah) terdiri dari 16 stupa, lapisan ketiga (atas) terdiri dari 8 stupa, dan di puncak terdapat sebuah stupa yang paling besar. Jadi sepintas, bangunan Candi Sudhammo Mahathera sangat mirip dengan Candi Borobudur.

Setelah di miniatur candi kami ke sebuah miniatur kapal ini dia kapal yang kami lihat... dan kami menaiki kapal tersebut.
miniatur kapal (sumber: penulis)

Setelah berkeliling vihara kami menuju tempat beribadah umat budha yang ada dibagian bawah yang tempatnya cukup luas….. disini kak dedy melakukan sebuah sembahan dan tak lama kemudian kak dedy selesai dan menjelaskan kembali tentang tempat ini… ini kalau dilihat dari depan… beda lagi suasananya kalau ada didalam…ini foto yang dari luar..

Diluar tempat beribadah umat budha (sumber: penulis)
Dan ini foto yang dari dalam… bisa dilihat dibawah ini.. didalam cukup luas dan megah..
Didalam tempat beribadah umat budha (sumber: penulis)
Setelah itu kami duduk-duduk  sebentar sembari beristirahat dibawah pohon kurang lebih selama 20 menit setelah itu kami melakukan perjalanan pulang kembali ke sekolahan … di tengah perjalanan kami berhenti untuk membeli minum yang ada didepan SMP N 1 PANCUR kurang lebih 1 jam disana karena antri pembelian dan menikmatinya kami beli disalah satu warung yang menjual ”ES OYYEN” setelah kami selesai.. kami meneruskan perjalanan dalam waktu 15 menit kami sampai di SMA…

Penulis: Mailina Trifia (Kelas XI IPS 5, SMA Negeri 1 Pamotan)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.